Gonjang-ganjing rumah tangga Aa Gym dan Teh Ninih tiada hentinya jadi sorotan. Anak Aa Gym, Muhammad Ghaza Al Ghaza mengungkap kalau selama 15 tahun terakhir, ayahnya memperlakukan ibunya dengan kasar.
Mengetahui hal tersebut, Aa Gym tidak tinggal diam. Pemilik nama lengkap Abdullah Gymnastiar itu membantah tudingan bahwa dirinya kasar kepada Teh Ninih. Ia berujar sudah 19 tahun mendampingi sang istri. Keduanya pun sudah dikaruniai tujuh orang anak.
“Ini adalah istri yang sudah 19 tahun mendampingi saya. Sudah tujuh kali turun mesin,” kata laki-laki 59 tahun itu.
Dalam rekaman suara yang beredar luas di internet itu, Aa Gym juga mengatakan kalau dirinyalah yang paling mencintai Teh Ninih. Ia menuding sejumlah pihak yang menuduhnya itu tidak tahu kondisi sebenarnya.
“Katanya ‘Aa zalim kepada istri’. Saya tanya, ‘Siapa yang lebih mencintai istri saya selain saya suaminya?’. Pada sok tahu!” imbuhnya.
Sementara itu, setelah curhatan Ghaza viral, unggahan The Ninih di Instagram pribadinya jadi perbincangan. Perempuan 54 tahun itu menyinggung soal perusak kebahagiaan dalam hidup.
| Baca juga: Terbongkar! Begini Perlakuan Kasar Aa Gym pada Teh Ninih
Dalam unggahan tersebut, perempuan kelahiran 28 Januari 1967 tersebut menjelaskan tentang hilangnya rasa syukur. Hal tersebut bisa membuat manusia buta dan lupa akan nikmat yang telah diperoleh.
“Padahal, tidaklah berlalu suatu hari, kecuali kita berada dalam limpahan karunia-Nya. Pernahkah kita mengalami situasi yang digambarkan Rasulullah saw. berikut, sedangkan dari lisan kita masih keluar keluh kesah?” lanjutnya.
|Baca juga: Umbar Aib Ayah di Medsos, Putra Aa Gym: Ini Cara Terbaik
Beberapa hari setelahnya, Teh Ninih kembali membagikan unggahannya. Kali ini ia menyinggung soal masa lalu. ‘Jika Masa Lalu Kita Penuh Keburukan’, begitulah tajuk dari tulisan The Ninih.
Pemilik nama lengkap Ninih Muthmainnah tersebut mengatakan masa lalu setiap orang itu bremacam-macam. Ada yang baik dan ada yang buruk.
“Setiap orang memiliki masa lalu. Ada yang masa lalunya buruk. Ada pula yang baik. Namun, apapun masa lalunya, hal terpenting adalah bagaimana keadaan kita sekarang: apakah masih buruk atau tetap baik,” tulis Teh Ninih.
“Andai masa lalu kita jauh dari kebaikan, akan tetapi sekarang mulai berubah menuju kebaikan, atau bahkan sudah baik, in syâ Allah kita termasuk orang yang beruntung,” pungkasnya. (*)
