Anak bungsu Uya Kuya, Nino saat ini sedang menjalani pendidikan di Amerika Serikat (AS). Menariknya, pemilik nama asli Sydney Agusto Putra Utama itu memiliki pekerjaan sampingan sebagai sopir di Negeri Paman Sam itu.
Nino Kuya bekerja sebagai sopir untuk teman-teman ayahnya atau turis Indonesia yang sedang berlibur di Amerika Serikat.
“Aku supirin (menjadi sopir) temen-temen papa sih,” kata Nino saat menjadi bintang tamu di Pagi Pagi Ambyar bersama Uya Kuya.
Biasanya, remaja 18 tahun itu menjadi sopir untuk menjemput orang Indonesia yang datang di Bandara dan berkeliling di kota Amerika Serikat.
| Baca Juga : Potong Cepak, Nino Kuya Disebut Netizen Mirip Will Smith
“Jadi kalau ada orang Indonesia yang ke sana, kadang mereka bingung dan nggak mau nyetir sendiri. Suka minta jemput ke bandara atau kalau mau ke Las Vegas, Nevada. Nah, anak-anak (Nino dan Cinta) yang biasanya disuruh nyetirin,” tambah Uya Kuya.
Mengenai tarif, Uya Kuya mengaku dirinya yang menentukan harga jasa sopir, namun uang yang diterima sepenuhnya menjadi milik Nino.
“Gue yang tentuin tarif, tapi duitnya bukan buat gue, jujur. Kalau cuma antar dari bandara ke hotel, tarifnya sekitar USD150 sampai USD200, sekitar Rp2 juta sampai hampir Rp3 juta,” jelas Uya.
| Baca Juga : Will Smith dan Martin Lawrence di Bad Boys 4 Tuai Kritikan
Sementara, untuk keliling kota memiliki harga yang bervariasi tergantung mobil yang digunakan.
“Kalau pakai mobil besar, tarifnya bisa mencapai USD700 sampai USD750 (sekitar Rp11 juta sampai Rp12 juta),” ungkap Uya.
“Tarif itu sudah termasuk 8 jam layanan sopir, tol, tour guide, dan parkir,” tambahnya.
Tak hanya menjadi sopir, Nino juga kerap mendapatkan kesempatan untuk jalan-jalan dan makan bersama para turis dari Indonesia. Ia mengaku bisa meraih cuan hingga belasan juta dari aktivitas ini.
| Baca Juga : 5 Artis yang Cover Lagu ‘Keke Bukan Boneka’, Siapa Paling Keren?
“Paling nggak dapat sekitar Rp15 juta,” kata Nino.
Selain itu, Nino juga aktif berjualan gorengan di Amerika Serikat. Ia menjelaskan bahwa hasil jualan pisang goreng bisa mencapai sekitar Rp17 juta.
“Pisang gorengnya digoreng di rumah, terus dijual di mobil. Biasanya dijual di parkiran, dan bukan cuma kami, banyak orang Indonesia yang juga jualan makanan di mobil,” tutup Nino Kuya. (*)