Main Film ‘Rumah Dinas Bapak’, Putri Ayudya Susah Tahan Ketawa

Putri Ayudya tak bisa tahan ketawa selama proses syuting film 'Rumah Dinas Bapak'. (Foto: Dok. Pri)
Putri Ayudya tak bisa tahan ketawa selama proses syuting film 'Rumah Dinas Bapak'. (Foto: Dok. Pri)

Setelah bermain di Kereta Berdarah dan Siksa Kubur, Putri Ayudya kini membintangi film horor Rumah Dinas Bapak. Wanita berusia 36 tahun itu memerankan Ibu Joko, Istri dari Pak Joko yang diperankan oleh komika Dodit Mulyanto.

Meski pernah terlibat dalam film bergenre horor. Selama syuting, tak ada tantangan berarti bagi Putri. Hanya satu yang membuatnya kesulitan, yaitu tak bisa menahan tawa.

“Aku nggak pernah dapat film horor komedi, jadi perpindahan genrenya itu tantangan banget. Apalagi dalam satu scene, adegannya digabungkan. Ada dramanya, ada komedinya, ada horornya. Jadi waktu scene komedi, tantangannya sih tahan ketawa. Soalnya selama syuting selalu ada candaan yang bikin ngakak banget,” ujar Putri Ayudya saat ditemui Nyata di Royal Plaza Surabaya, Minggu (4/8) lalu.

| Baca Juga: Film Pertama Baim Wong, Paula Gugup Bintangi ‘Lembayung’

Film ini tak hanya mendapuk artis sebagai bintangnya, tapi juga para komika. Sehingga tak heran kalau film maupun cerita di baliknya penuh gelak tawa meski horor. “Semua kru dan pemainnya humoris, sih,” lanjut Putri.

Spesial show film 'Rumah Dinas Bapak' di salah satu mall Surabaya, Minggu (4/8). (Foto: Padnya/Nyata)
Spesial show film ‘Rumah Dinas Bapak’ di Royal Plaza Surabaya, Minggu (4/8). (Foto: Padnya/Nyata)

Rumah Dinas Bapak memang bergenre horor komedi. Film itu diangkat dari kisah nyata keluarga Dodit Mulyanto yang tinggal di rumah dinas milik ayahnya yang waktu itu sebagai Mantri Perhutani di hutan jati.

Di sana, ada sebuah penjara yang konon digunakan untuk menghukum para pembalak kayu (blandong). Anehnya, tiap malam Jumat Kliwon hal-hal mengerikan terjadi.

| Baca Juga: Film Horor ‘Kemah Terlarang’, Kisah Nyata Kesurupan Massal di Yogyakarta

Di film itu juga, Putri kali pertama dipasangkan dengan Dodit sebagai pasutri. ”Baru pertama kali, tapi nggak susah membangun chemistry. Mungkin karena mas Dodit itu tipe orangnya hangat dan humble, mudah bersosialisasi, jadi aku lebih mudah membangun keakraban. Selama kita syuting juga banyak ngobrol, terus temen-temen hangat semua, jadi nggak ada perjuangan yang berarti,” ucap pemain film 13 Bom di Jakarta itu.

Bagi Dodit, film tersebut dia persembahkan untuk mendiang sang ayah. ”Film ini diangkat dari kisah nyata Bapak. Hal ini membuat saya jadi teringat tentang masa kecil saya. Mengenang apa yang saya lalui, dan ternyata ketika mengenang kembali, tugas Bapak saya itu berat banget,” timpal Dodit di momen yang sama. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here