Merdu dan Menyentuh, Konser Children of Lights 3 Pukau Penonton

Foto: Adi Wiratmo/Nyata

Alunan lagu Lilin Kecil diiringi suara flute, terdengar memenuhi ruangan saat tim Nyata masuk ke aula Seraphim Music Studio pada Sabtu (5/5) lalu, yang tengah menggelar Konser Children of Lights 3.

Siapa sangka, suara merdu tersebut berasal dari gadis kecil bernama Angela Amabel Widjaya dan Renee Marie Kurnia yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia sedang melakukan sound check untuk konser Children of Lights 3, bersama dengan 12 siswa-siswi lainnya, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional.

Foto: Adi Wiratmo/Nyata

Kompak mengenakan polo shirt berwarna kuning, seluruh siswa-siswi tersebut terlihat sangat antusias untuk menampilkan yang terbaik setelah dua bulan berlatih.

Konser diawali dengan lagu Surabaya yang disuguhkan dengan sangat indah oleh Samantha Anika Sidharta (piano), Zadine Nasea Lendra (keyboard) serta Galen Satria Kusuma (drum), dan saudari kembarnya, Karissa Puspa Kusuma (keyboard).

Foto: Adi Wiratmo/Nyata

Setelah itu, audiens sukses dibuat terhanyut dengan alunan duet piano lagu Bunda oleh Syirin Salsabila dan Tegar Maulana Razzaq.

“Terima kasih, Guruku. Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa”, sepenggal puisi pembuka yang dibawakan oleh Karissa di tengah konser, disusul dengan lagu Terima Kasih Guruku sebagai wujud apresiasi mereka kepada para guru.

Foto: Adi Wiratmo/Nyata

Lagu-lagu lain yang dibawakan juga sangat beragam, seperti Twinkle-Twinkle Little Stars, Indonesia Jaya, Damai Bersamamu, Lilin Kecil, hingga medley lagu anak-anak seperti Balonku, Si Patokaan, Nona Manis, dan Keretaku.

Konser berlangsung selama satu jam, dan ditutup oleh penampilan seluruh murid beserta guru dengan lagu Rek Ayo Rek dan Kapan-Kapan, yang juga ikut dinyanyikan oleh ratusan audiens yang memenuhi aula.

Children of Lights ini terbentuk, karena 9 tahun yang lalu, seorang anak laki-laki yang luar biasa bernama Axel, datang ke saya bersama orang tuanya karena ia ingin belajar musik namun selalu ditolak dimanapun. Lalu saya pikir, kenapa tidak? Akhirnya saya terima dan Axel belajar disini walaupun tantangannya sangat luar biasa juga. Setelah itu, teman-teman Axel banyak yang berminat.” ujar Russy Sutanto, Kepala Sekolah Seraphim Music Studio saat ditemui tim Nyata sore itu.

Foto: Adi Wiratmo/Nyata

Ya, seluruh siswa-siswi yang tampil pada konser tersebut adalah anak-anak berkebutuhan khusus, seperti tuna grahita, down syndrome, tuna netra, ADHD, dan slow learner. Semua anak tersebut bersekolah di SLB Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta (YPAB) Surabaya.

Eliezer Selwyn Horman, atau yang akrab disapa Axel, merasa senang dengan kegiatan bermain musik yang ia jalani.

“Senang sekali bisa main musik. Aku bisa main piano, biola, clarinet, dan angklung. Kalau angklung diajarin di sekolah.” kata Axel.

Jika ditanya mengenai lebih suka main musik atau belajar, Axel mengaku lebih menyukai bermain musik. “Enakan main musik hehehe” jawabnya dengan senyum disusul dengan tawa kakak-kakaknya.

Axel merupakan siswa berkebutuhan khusus pertama yang menjadi murid di Seraphim. “1 tahun tangan Axel yang selalu menggenggam itu, baru mau benar-benar terbuka saat main piano. Saya saat itu langsung menangis, tersentuh. Setelah itu saya melihat progress yang bagus, Axel bisa main piano dan akhirnya bisa membuktikan kepada orang-orang yang merendahkannya.” kenang Russy.

Russy bercerita bahwa Axel di kampung halamannya pernah dipandang sebelah mata. Namun hal itu terpatahkan pada akhir acara, Axel ternyata mampu memainkan piano dan membuat orang-orang sekitarnya terkejut.

Russy sangat senang dapat membantu dan berbagi ilmu kepada para siswa-siswi. “Mereka semua ini tidak bisa melihat. Tapi, saya berharap dengan begini, justru mereka semua dapat menjadi cahaya yang dapat menerangi dan menyinari kita semua” ungkap kepala sekolah sekaligus guru vokal dan piano tersebut.

Ivan, salah seorang guru piano Seraphim Music Studio, mengatakan bahwa selama 2 bulan persiapan, walau awalnya sedikit kesulitan, namun semua murid cenderung cepat menangkap materi.

“Untuk mengiringi lagu Damai Bersamamu tadi, Axel latihannya hanya 2 minggu lho.” ujar lelaki yang mengaku mulai mengajar piano sejak tahun 2006.

Selain itu, Ivan juga ingin mereka bahagia dan memiliki hal yang bermanfaat untuk diri mereka kedepannya, sekaligus memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri agar dapat ditunjukkan kepada orang banyak.

“Mereka semua menerima apa adanya, sangat pantang menyerah, berkemauan tinggi, dan bahkan bekerja lebih keras dibanding anak-anak pada umumnya.” imbuh Ivan. Dea

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here