Bersamaan dengan peringatan Hari Ginjal Dunia yang mengusung tema ‘Kidney Health fo Everyone Everywhere’, kali ini menitikberatkan pada pencegahan penyakit serta meningkatkan akses untuk layanan kesehatan ginjal.
Disampaikan oleh dr. Cut Putri Arianie, MHKes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, bahwa akses layanan yang belum merata di seluruh Indonesia juga menjadi salah satu permasalahan utama dalam penanggulangan penyakit ginjal kronis (PGK). Selain itu, diiringi pula dengan pesatnya pertumbuhan pasien baru penyakit ginjal setiap tahunnya.
Baca juga: Persiapan Tumbuh Kembang Anak ala Ibu Cerdas Zaman Now
“Pasien cuci darah tahun 2016, sudah bertambah 25 ribu, dan pasien aktif ada 52.835. Lalu tahun 2017, bertambah lagi 30 ribu pasien baru, dan yang aktif ada 77.852,” terangnya.
Faktanya, menurut dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH selaku ketua umum PERNEFRI, bahwa usia para pasien cuci darah (hemodialisis) masih termasuk usia produktif.
“Angka harapan hidup rata-rata, untuk wanita pada 71 tahun, pria pada 68 tahun. Sedangkan usia pasien hemodialisis yang paling tinggi ada di usia 45-54 tahun,” beber dr. Aida.
Adapun faktor risiko bersama yang memicu PGK diantaranya: merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, alkohol, kurang aktifitas fisik, dan pola makan tidak sehat. Fungsi ginjal yang setiap saat menyaring darah, menjaga metabolisme serta mengatur keseimbangan cairan tubuh pun jadi semakin menurun.
Oleh karena itu, peringatan Hari Ginjal Dunia kali ini juga memfokuskan terhadap pencegahan PGK. Hal-hal sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk terhindar dari penyakit ginjal antara lain: tetap aktif dan bugar dengan cara teratur berolahraga minimal 30 menit sehari atau 5 kali dalam seminggu, makan makanan sehat perbanyak konsumsi sayur dan buah. Selain itu juga kurangi konsumsi garam, dan minum air putih yang cukup minimal 2 liter sehari. (*/rez)