Gelaran fashion show Garis Poetih akhirnya resmi berakhir Jumat (17/2) malam. Ivan Gunawan menutup gelaran yang diadakan di Ciputra Artpreneur, Jakarta sejak Rabu (15/2) dengan show tunggalnya berjudul ‘Mata Hati’.
Dan dalam event ini, Ivan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur DEKRANASDA. Lewat ‘Mata Hati’, Ivan hadir dengan nuansa yang berbeda. Ia menyuguhkan kain tenun Sotis yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
“NTT memiliki kain tenun dengan motif yang berbeda dibanding kain wastra yang lain. Hal inilah menginsipirasi saya untuk menjadikannya sebagai busana pilihan di hari raya,” jelas Ivan Gunawan usai menggelar shownya di Jakarta Jumat malam (17/2).
|Baca Juga: Gelaran Fesyen Garis Poetih Resmi Dibuka, Hadirkan 12 Karya Desiner Tanah Air
Ivan mengeluarkan sebanyak 32 koleksi yang terdiri dari 20 busana wanita dan 12 busana pria. Koleksi ini hadir dengan konsep bertumpuk ata layering, dimana kain tenun NTT tersebut dipadukan dengan organdi, shifon, lace, katun, dan linen yang membentuk busana Resort Wear. Hadir dengan warna-warna yang soft seperti nude, biru dan putih, membuat koleksi ‘Mata Hati’ terlihat lebih ringan namun tetap kental dengan nuansa Lebaran.
Tampilan resort dalam koleksi lebaran kali ini memang sengaja dibuat perancang 41 tahun karena tradisi masyarakat Indonesia yang sering menjadikan momen lebaran sekaligus untuk liburan.
“Masyarakat sering menjadikan momen lebaran untuk liburan. Jadi saya menciptakan desain baju lebaran yang juga bisa dipakai untuk liburan. Selain desainnya yang ringan, bahannya juga ringan dan ngga gampang lecek. Sehingga memudahkan untuk dibawa kemana-mana saat libur lebaran,” beber pria yang telah 20 tahun menekuni dunia rancang busana ini.
Dalam pagelaran ini Ivan juga menghadirkan busana dalam berbagai siluet seperti jaket, outer dengan berbagai desain dengan potongan loose dan oversized, celana palazzo, jaket serta rok lebar bertumpuk.
|Baca Juga: Koleksi Zeta Prive Tampil Memukau di New York Fashion Week 2023
Ivan juga menambahkan embellishment semacam kristal, payet dan mutiara yang membuat busana-busana ini semakin jelita, serasi, tanpa kesan berlebihan.
“Disini saya banyak membuat potongan jaket. Karena diaplikasikan pada kain tenun yang sifatnya lebar dan pendek jadi harus saya patchwork. Kalau celana saya membentuk potongan palazzo yang loose,” jelasnya.
“Karenakan biasanya kalau lebaran, kita makannya banyak. Dan kalau pakai potongan pallazo, lebih enak. Kemudian saya pakai bahan tulle bordir yang saya aplikasi payet tapi payetnya lebih ringan. Meski demikian tetap dapat efek glam,” sambung Ivan.
Kain tenun Sotis ini tak hanya diaplikasikan untuk busana, Ivan juga membuat perhiasan dan tas dari kain tenun khas NTT ini.
“Kalau perhiasan terinspirasi dari bunga lili jadi perhiasan bentuknya kaya kelopak bunga lili. Jadi masih ada sentuhan bali. Karena kan sama sama dari timur. Kalau tas tenteng ini mudah dibawa kemana mana dan tempat mukenah,” terangnya. (*)