Bertema ’Viable’, SFP ke-13 Bakal Lebih Ramah Lingkungan

sfp-fashion-1
Foto: Heni/Nyata

Untuk meramaikan Hari Jadi Kota Surabaya, Surabaya Fashion Parade (SFP) bakal kembali digelar pada 16-19 April 2020 mendatang. Memasuki tahun ke-13, gelaran fashion yang bekerja sama dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) itu mengusung tema Viable.

Dikatakan Ketua Panitia SFP 2020 Alben Ayub Andal, tema tersebut menitikberatkan pada konsep sustainable fashion. ”Artinya, para desainer akan menggarap alam lebih ramah, dan menggarap fashion lebih manusiawi,” ujarnya di Surabaya, belum lama ini.

Ditambahkan Ketua IFC Surabaya Alphiana Chandrajani, bukan hanya di Indonesia, sekarang ini di seluruh dunia sedang konsen dengan kondisi bumi. ”Ibarat luka, borok bumi kita itu sudah sangat luar biasa. Karena itu, banyak digaungkan kembali ke alam. Kembali ke natural,” ujarnya.

Baca juga: Tren Fashion yang Diprediksi Akan Booming Pada 2020

Keprihatinan itu juga dirasakan para desainer. Apalagi sampah terbanyak di dunia ini berasal dari industri fashion dan makanan. ”Itulah yang membuat kami sepakat mengambil tema Viable untuk SFP tahun ini. Kami berharap pakaian yang ditampilkan nanti mengarah ke sustainable fashion,” beber desainer busana muslim itu.

sfp-fashion
Foto: Heni/Nyata

Alphiana mengakui, penerapan sustainable fashion belum bisa dilakukan 100 persen. Pasalnya, mencari bahan yang ramah lingkungan agak sulit. ”Kalau dipaksakan, tentu harganya sangat mahal, karena harus 100 persen katun, sutera, rayon, atau linen,” ujar Alphiana. ”Kalau seperti itu, nanti banyak yang tidak bisa membeli baju,” imbuhnya.

| Baca juga: Gaya 8 Seleb dengan Outfit Floral yang Diprediksi Ngetren di 2020

Karena itu, para desainer akan secara perlahan mengarah ke sustainable fashion. Misalnya, mulai mengurangi polyester, dan menggunakan bahan yang betul-betul ramah lingkungan.

Begitu pun dengan penggunaan tenaga kerja. Sebaiknya tidak terlalu ditekan. ”Kalau terlalu ditekan, berarti tidak sustainable. Jadi, harus ada win-win solution antara desainer dengan pekerja,” kata Alphiana.

Kesulitan untuk 100 persen menerapkan sustainable fashion juga diakui oleh Saffana, desainer busana muslim yang akan menampilkan evening gown di SFP 2020.

”Terus terang agak bingung juga kalau harus menerapkan 100 persen sustainable fashion. Apalagi saya akan menampilkan evening gown busana muslim, yang butuh bahan yang bisa memberi kesan mewah atau glamor,” terang desainer yang akrab disapa Ana itu.

Meski begitu, Ana akan berusaha seoptimal mungkin menerapkan sustainable fashion. Di antaranya dengan meminimalkan sisa bahan dan menggunakan pekerja disable. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here