Untuk yang ke empat kalinya, Nyata bersama Perhimpunan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia-Tionghoa  (Permit) Jawa Timur menyelenggarakan  Basic Life Support (BLS) Training. Pelatihan pertolongan pertama untuk orang yang mengalami henti nafas kali ini, diikuti sekitar 370 peserta dari total 1.100 peserta BLS yang pernah terlaksana.

”Jadi sekarang sudah ada 1.000 lebih orang yang bisa menolong, ketika ada seseorang yang mendadak mengalami henti nafas. Diharapkan mereka yang sudah mendapatkan pelatihan ini dapat menjadi benih kebaikan yang tersebar dimana-mana,” kata Prof Eddy Rahardjo SpAn kepada Nyata saat ditemui di sela-sela acara BLS Training di Surabaya, Minggu (20/11) lalu.

”Sehingga nantinya tak perlu khawatir lagi, kalau tiba-tiba ada seseorang yang mengalami henti nafas, dia pasti dapat tertolong. Karena sudah ada orang-orang yang dapat melakukan BLS. Di mall sekalipun nantinya ada orang yang dapat melakukan pertolongan pertama ini,” lanjut Ketua Departeman anestesi RSUD Dr Soetemo ini.

Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Hospital Siloam Surabaya, dr Wenni Erwindia SpJP, seseorang yang mengalami henti nafas bisa disebabkan oleh serangan jantung, tersedak, sesak nafas (asma) dan tenggelam.

”Tapi henti nafas mendadak lebih sering dikarenakan oleh serangan jantung. Serangan jantung disebakan pembuluh darah koroner mengalami penyumbatan atau penyempitan. Penyumbatan pembuluh darah ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat, yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit seperti hipertensi maupun diabetes, yang dapat menimbulkan komplikasi penyakit jantung,” Kata Wenni dalam presentasinya.

20161120_121054

Meskipun peserta BLS Training kali ini tak sebanyak sebelumnya. Tapi menurut Ketua Permit Jawa Timur, Joshie Halim, antusiasme peserta pelatihan pertolongan pertama untuk orang yang mengalami henti nafas yeng ke empat ini rupanya lebih beragam. Hal ini disebabkan karena BLS kali ini banyak diikuti orang dari luar Surabaya, seperti Trenggalek, Jember, Lumajang , Lamongan, Pamekasan, dan lain-lain.

”Kita ingin membuat Surabaya sebagai kota ramah BLS. Sehingga nantinya akan menjadi percontohan bagi kabupaten/ kota lain di Indonesia,” terang Joshie.

Joshie menargetkan 1.000 peserta untuk sekali diadakan BLS Training pada tahun depan. ”20 persen atau sekitar 800 ribu jiwa saja masyarakat Surabaya yang dapat melakukan BLS sudah bisa dikatakan aman,” paparnya.

20161120_131253

Di akhir acara, para peserta yang mengikuti pelatihan ini mendapatkan sertifikat dan dari semua peserta tersebut diambil 10 peserta terbaik.

Acara yang diselenggarakan di Ballroom Grand City mall & Convex ini, dibantu oleh trainer dari dokter spesialis anestesiologi, jantung dan kandungan serta Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sudah mendapatkan pelatihan BLS sebelumnya.

Tak hanya itu, acara ini juga didukung oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr Soetomo, IKatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya, Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia (Perdatin) Jawa Timur, Perhimpunan Kardiologi Indonesia (Perki) Surabaya, PT Matahari Sakti, dan Kapal Api.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here