Kesan pertama berbincang dengannya, Sawiri begitu santun dan selalu menjaga setiap ucapannya. Setiap menjawab, Sawiri pun selalu mengawali ucapan dengan kata ’maaf’. ”Maaf ya, maklumlah bapak biasanya ngobrol sama tukang becak, jadi takut salah ngomong,” ucap Sawiri. Dibalik kepolosan Sawiri, raut wajahnya terpancar rasa bangga karena memiliki putri yang berprestasi. Putri tukang becak ini, Herayati meraih IP 4,0 di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) akhir semester lima lalu. ”Alhamdulillah, Nong (panggilan Herayati) jadi anak yang membanggakan orang tua. Walaupun bapak hanya jadi tukang becak, tapi anak harus bisa kuliah dan berprestasi,” bangganya.

Baca juga: 5 Perempuan Hebat yang Berhasil Menorehkan Namanya di Wikipedia

Di mata Sawiri, Herayati adalah putri yang sangat istimewa. Sejak kecil, anaknya itu sudah belajar mandiri dan selalu menyenangkan hati orangtuanya. Bagi Sawiri, prestasi putrinya itu bukan hanya saat menjadi mahasiswi saja. Sejak duduk di bangku SD hingga SMA, Herayati selalu mendapat rangking pertama. ”Setiap ambil raport, Nong jadi juara terus. Malah belum dibagikan rapor, teman-temannya sudah bisa nebak siapa yang dapat rangking,” bangganya. *Why/ bas.

Putri Tukang Becak
Foto: DokPri

Ingin tahu kisah perjuangan Herayati hingga dapat kuilah di ITB dan lulus dengan IP tertinggi? Prestasi apa saja yang sudah diraihnya sebelum ini? Baca selengkapnya di Tabloid Nyata edisi 2381 terbit tanggal 18 Februari 2017.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here